CARILAH hatimu yang telah lama hilang pada tiga tempat: ketika kamu membaca Alquran, ketika kamu berada di majelis zikir, dan ketika kamu berada pada sepertiga malam yang terakhir. Allah SWT berfirman, ”Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS Adz-Dzariyat: 50)
Masih banyak lagi kisah keajaiban yang diabadikan dalam Alquran dan hadis. Semua itu menjadi bukti bahwa betapapun perkasanya seseorang, dia tetaplah sebuah makhluk kecil tak berdaya di tengah belantara jagat yang bisa berubah-ubah. Doa tidak bisa dipisahkan dengan usaha. Keduanya adalah perintah Allah sehingga masing-masing dari keduanya adalah komplemen bagi yang lain. Keduanya harus menyatu secara seimbang dalam kehidupan seorang muslim secara kafah yang tak kenal putus asa karena doa dan tawakal tak kenal malas karena kewajiban ikhtiar.
Hidup kita terlalu singkat untuk diisi dengan pergi menuju Allah dengan cara berjalan. Kita harus berlari sebelum waktu kita di dunia habis dan berakhir. Kita harus berlari dari segala yang menarik perhatian kita, menuju kepada Yang Satu, sebagaimana telah ditegaskan oleh Baginda Rasul saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Nabi SAW meriwayatkan dari Rabb-nya (hadis qudsi) bahwa Dia telah berfirman, ”Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR Bukhari)
Balasan dari Allah selalu lebih hebat daripada yang kita lakukan. Kita hendaknya senantiasa mohon perlindungan kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya dalam segala urusan dan masalah dengan menaati segala perintah-Nya dan bekerja untuk tujuan taat kepada-Nya.
Perjalanan menuju Allah harus dilakukan dengan menyucikan diri dan membersihkan hati. Karena hati kita sering terkotori dengan dosa yang kita lakukan. Dosa-dosa itu menjadi penghalang bagi kita dari Allah. Ketahuilah, orang-orang yang mampu berjumpa dengan Allah adalah mereka yang membawa hati yang bersih, bukan membawa harta dan anak-anaknya. Allah SWT berfirman, ”(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Asy-Syu’ara: 88-89)
Allah swt juga berfirman, ”Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (QS Al-A’la: 14-15)
Kata bahasa Arab tazakka berarti ”menyucikan diri”, juga berarti ”tumbuh”. Maka sangatlah cerdas dan tepat di dalam Islam pertumbuhan seseorang diukur berdasar tingkat kesucian dirinya. Bukan dari pangkat, jabatan, dan status sosialnya serta atribut yang lain. Semakin suci dan bersih seseorang, semakin tinggi pula derajatnya.
Abraham Maslow, seorang psikolog humanistik, berkata bahwa puncak pertumbuhan manusia adalah pertumbuhan kepribadiannya atau aktualisasi diri. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Jangan Menganggur
Pengangguran bisa melahirkan rangkaian keburukan dan menciptakan benih-benih kehancuran. Rasulullah Saw telah memperingatkan bahwa banyak manusia yang mengabaikan nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan yang mereka miliki. Sebagaimana sabda beliau, dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Ada dua nikmat yang banyak orang tertipu olehnya, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan.” (HR Bukhari)
Betapa banyak orang sehat dan punya waktu luang, tetapi hidup mereka terombang-ambing tanpa arah karena tidak memiliki tujuan dan cita-cita yang jelas. Mereka terpuruk karena tidak mau bekerja dan memanfaatkan kesehatan serta kesempatannya.
Jika tidak bergerak cepat dalam pusaran kebaikan dan kerja keras untuk menyusun program hidup yang rapi, pasti kita dikuasai pikiran jahat dan ditemani berbagai hal yang remeh tanpa arti. Tegasnya, agar hidup kita tetap terjaga, seseorang harus menyusun rencana yang bisa mengisi seluruh waktunya dan tidak memberikan kesempatan kepada setan untuk mengganggunya dengan bisikan yang menyesatkan.
Sungguh tepat apa yang dikatakan Imam Syafi’i ketika menjelaskan prinsip-prinsip dasar pendidikan. ”Jika tidak menyibukkan diri dengan kebenaran, Anda akan disibukkan oleh kebatilan.”
Pernyataan tersebut sungguh cerdas, tepat, dan benar. Karena itulah, Islam menetapkan berbagai kewajiban atas setiap muslim sehingga dapat mengisi waktu hidupnya dengan menjalankan kebaikan. Jiwa tidak boleh dibiarkan kosong dan dipenuhi kebatilan. Dengan terus melakukan kebaikan, setiap waktu jiwa akan tetap terpelihara dalam lingkup kebaikan. Orang bijak telah berkata, ”Kita tidak akan merasakan dampak kecemasan ketika sibuk bekerja.”
Pengangguran telah membuat akal pikiran diisi dengan hal-hal jahat. Sebagaimana yang dikatakan Imam Syafi’i, ”Jika tidak disibukkan dengan kebaikan, kita akan disibukkan dengan keburukan.”
Orang-orang bijak selalu menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Istirahatnya ia niatkan untuk beribadah. Waktu-waktu yang terlewat tidak luput dari kebaikan. Meskipun miskin harta, ia selalu sibuk dengan kebaikan. Doanya banyak, zikirnya banyak, membaca bukunya banyak, berdakwahnya banyak, salat sunahnya banyak, tilawahnya banyak. Jika tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, ia akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Allah tidak mengutus seorang Nabi, melainkan Nabi itu menggembalakan domba.” Mereka (para sahabat) bertanya: ”Dan engkau juga wahai Rasulullah?” Jawabnya, ”Ya! Aku menggembalakan domba-domba milik penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.” (HR Bukhari)
Hadis di atas mengandung petunjuk dan pelajaran bahwa nabi-nabi Allah, termasuk Nabi Muhammad Saw, bekerja dengan keras untuk mencari nafkah dengan jalan menggembalakan domba. Bahkan, Nabi Muhammad Saw pada masa remaja menjadi penggembala domba dengan menerima upah dari pemilik domba. Hadis tersebut mengandung petunjuk bagi kita bahwa Islam melarang seseorang menganggur hingga ia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan meminta-minta. Tetapi, Islam memerintahkan setiap orang bekerja dengan sungguh-sungguh sekalipun menjadi buruh. (*)
*) KH AGOES ALI MASYHURI, Pengasuh Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo
SUMBER
https://www.jawapos.com/opini/012764340/berlarilah-menuju-allah?page=2